Wednesday, July 26, 2017

RNI

https://finance.detik.com/ekonomi-bisnis/2716502/ini-alasan-bumn-perkebunan-rni-masuk-ke-bisnis-properti

Minggu 12 Oct 2014, 15:20 WIB
Ini Alasan BUMN Perkebunan RNI Masuk ke Bisnis Properti

Jakarta - PT Rajawali Nusantara Indonesia, telah genap berusia 50 tahun merambah bisnis perkebunan tebu, sawit, hingga industri farmasi bahkan peternakan sapi. Di usia yang masuk setengah abad, BUMN ini mulai merambah ke bisnis properti, seperti perkantoran dan hotel.

Kenapa BUMN perkebunan merambah ke bisnis properti?

Direktur Utama PT RNI Ismed Hasan Putro beralasan, masuknya RNI ke bisnis properti tak terlepas dari latar belakang perseroan, yang dulu merupakan perusahaan hasil nasionalisasi pemerintah terhadap Oei Tiong Ham Concern (OTHC), yaitu sebuah perusahaan konglomerasi bisnis pertama di Indonesia.

Pada 1961, Oei Tiong Ham Concern (OTHC) dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia pada zaman Soekarno, selanjutnya pada tahun 1964 pemerintah menjual seluruh aset perusahaan dan dimasukkan sebagai penyertaan modal dalam pendirian PT Perusahaan Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN) Rajawali Nusantara Indoneia (PT RNI), pada 12 Oktober 1964. Pasca dinasionalisasi, Oei Tiong Ham Concern (OTHC) mewarisi banyak aset lahan tersebar di berbagai kota di Indonesia.

"Oei Tiong Ham, memiliki lahan berupa perkantoran, pabrik dan pergudangan, yang berada di kota-kota strategis di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Malang, bahkan sampai ekspansi bisnis ke ASEAN," kata Ismed kepada detikFinance, di kantornya, Kuningan, Minggu (12/10/2014)

Menurut Ismed, rencana membangun properti seperti perkantoran dan hotel, tak terlepas dari semangat mengembalikan lini bisnis RNI yang sejak awal sudah akrab dengan properti. Bahkan kata Ismed, sejak tahun 1980-an RNI sudah mengelola kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan.

Selain itu, dengan masuknya perseroan ke bisnis properti, bertujuan untuk memaksimalkan aset perseroan seperti di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur. Ia mengakui ada beberapa aset yang masih bermasalah secara legal, kini tercatat ada 60% aset yang sudah balik nama, sisanya 40% belum balik nama atas nama PT RNI.

"Banyak aset-aset RNI secara legal bermasalah yang sangat rawan adanya tarik menarik kepentingan di situ, yang mana aset-aset yang feasible kita garap secara bisnis yang clear and clean, kita temukan kita proses di BPN, dirjen kekayaan negara di kemenkeu, kemudian di kementerian BUMN," katanya.

Ismed mengatakan perkantoran dan hotel dibangun di Jalan MT Haryono, seluas 7.025 meter persegi dengan biaya sebesar Rp 490 miliar, yang pendanaannya 30% dari kas internal dan 70% dari pinjaman bank. Rencana lokasi gedung perkantoran dan hotel ini memilii 18 lantai, yang berdekatan dengan Wisma Indomobil.

"Pembangunan dimulai 2015 selesai 2016, ditargetkan dalam 2 tahun, telah membukukan total pemasukan Rp 430 miliar," katanya.

Selain pengembangan Gedung Kantor dan Hotel di Jalan. MT Haryono 12-13 Jakarta Timur, RNI juga akan membangun Hotel di Jalan. Dr. Wahidin 49 Cirebon, Jawa Barat.

No comments:

Post a Comment